TUGAS PENGGANTI UJIAN SEMESTER
MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN
Tentang
Fitrah Dan Potensi Manusia Dalam Pendidikan Islam
Oleh:
HAIRI YANTO
407.676
Dosen Pembimbing
M. ZALNUR, M.Ag
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
“dan sesungguhnya kami ciptakan manusia dari sari tanah. Kemudian kami jadikan sari tanah itu air mani (terletak) dalam tempat simpanan yang teguh (rahim). Kemudian dari air mani itu kami ciptakan segumpal darah lalu segumpa ldarah itu kami ciptakan segumpal daging dan dari segumpal daging itu kami ciptakan tulang belulang. Kemudian tulang belulang itu kami tutup (balut) dengan daging. Sesudah itu kami jadikan dia makhluk yang baru yakni manusia yang sempurna. Maka maha berkat (suci Allah) pencipta yang paling baik. (QS. Al-Mukminun:12-14)
Ayat ini di ulas nabi Muhammad melalaui haditsnya, yaitu:
“bahwasannya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian merupakan alaqah (segumpal darah) seumpama demikian (selama 40 hari), kemudian merupakan mudgatan (segumpal daging) seumpama demikian (selama 40 hari), kemudian Allah mengutus seorang malaikat, maka diperintahkan kepadanya (malaikat) empat perkataan dan dikatakan kepada malaikat engkau tuliskanlah amalannya, dan rizkinya, dan ajalnya, dan celaka atau bahgianya. Kemudian ditiuplah kepada makhluk itu ruh……(HR. Bukhari).
Apa yang ingin penulis katakan dari apa yang disampaikan oleh Allah melalui ayatnya, dan di perkuat oleh nabi Muhammad melalui haditsnya di sini adalah bahwa tidak dapat kita pungkiri bahwa kita diciptakan oleh Allah SWT. dengan bahan-bahan penciptaan yang telah ditentukan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Allah juga bukanlah pencipta yang bisa disamakan dengan ciptaan atau hasil karyanya manusia. Allah merupakan pencipta yang paling baik dan tidak akan pernah bisa ditandingi oleh Makhluk ciptaan-Nya. Oleh sebab itu kita harus bersyukur kepada Allah karena telah menciptakan manusia yang sempurna dari makhluk ciptaan yang lainnya.
Kemudian nabi Muhammad juga menjabarkan waktu yang dibutuhkan Allah untuk menghasilkan ciptaannya. Yaitu masing-masing selama 40 hari dari masing-masing tahapan, serta Allah memberikan apa-apa saja yang menjadi wilayah kekuasaannya untuk diperhatikan oleh manusia sebelum ia dilahirkan ke permukaan bumi ini, diantaranya adalah Allah telah mengatur tentang pncatatan amalan manuisa, Allah mengatur tentang rizki manusia, Allah yang mengatur tentang ajal mausia, serta Allah juga mengatur tentang nasibnya manusia ketika ia harus dilahirkan ke alam dunia.
“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecendrungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi,Nasrani dan Majusi” (H.R.Muslim)
Jika kita perhatikan arti dari hadist tersebut maka kita dapat mengerti bahwa anak dilahirkan dengan potensinya sendiri-sendiri. Salah satunya adalah potensi untuk mempercayai Allah atau kita kenal dengan nama potensi beragama. Maka potensi itu harus dibimbing perkembangannya oleh kedua orangtuanya agar potensi itu tidak keluar dari harapan dan cita-cita mereka.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini antara lain, sebagai syarat pemenuhan kelulusan pada mata kuliah Filsafat Pendidikan yang dibimbing oleh Bapak M. Zalnur, M.Ag yang di beri nama Tugas Akhir pengganti Ujian. Dengan ditulisnya artikel ini diharapkan kepada penulis menambah wawasan tentang fitrah dan potensi manusia dalam pendidikan islam. Yang selama ini dimungkinkan kurang pengetahuan apa itu manusia dan bagaimana potensi yang dimiliki oleh manusia dalam perspektif pendidikan Islam itu sendiri. Selain itu juga dengan hadirnya tulisan ini di tangan pembaca, penulis memiliki harapan yang sama, yaitu adanya peningkatan wawasan tentang hal yang dimaksud, yang telah penulis rangkum dalam artikel ini, yang penulis dapat dari berbagai sumber, tentunya sumber-sumber yang dapat dipercaya.
BAB II
POKOK PEMBAHASAN
Fitrah dan Potensi Manusia dalam Pendidikan Islam
A. Hakikat Manusia
Ketika kita baru mulai memikirkan tentang hakikat manusa secara kekinian, para pemikir telah terlebih dahulu memikirkan tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu kala hingga zaman modern sekarang ini masih belum berakhir dan bahkan tak akan berakhir untuk memikirkan tentang hakikat manusia ini.
Lalu muncul pertanyaan. Sebenarnya apa yang di pikirkan tentang hakikat manusia itu..? lalu adakah ilmu yang bisa digunakan untuk menyelidiki atau memikirkan manusia itu..? lalau untuk apa..?
Untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut, secara umum dapat kita jawab melelui buku Zuhairini dkk pada halaman 71. Setelah penulis baca dan dipahami dalam buku tersebut maka jawabannya adalah : Apa yang dipikirkan tentang hakikat manusia..? jawabannya adalah apa itu mausia, dari manusia itu berasal dan akan ke mana manusia itu kembali. Sedangkan apa ilmu yang mengkaji tentang hakikat manusia..? jawabannya adalah Antropologi Fisik yaitu mengkaji tentag manusia dari segi fisik. Antropologi Budaya yaitu memandang manusia dari pandangan budaya. Dan Antropologi Filsafat yaitu memandang manusia dari segi “ada” atau “hakikat” manusia.
Zuhairini juga menjelaskan secara satu persatu tentang apa itu manusia. Beliau mengemukakan ada 4 aliran yang membicarakan apa itu manusia. Aaliran itu antara lain:
a. Aliran Serba Zat
Aliran ini mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi, manusia adalah unsure dari alam. Maka hakikat manusia itu adalah zat atau materi.
Kalau begitu, karena manusia ini merupakan sebagai makhluk materi, berarti pertumbhan manusia itu berproses dari materi itu juga. Yaitu berupa sel telur dari sang ibu yang di taburi sperma dari sang ayah, lalu tumbuh menjadi janin yang tersimpat yag suci yaitu rahim dalam jangka waktu yang telah ditentukan jumlahnya, kemudian hingga batas ambang waktu tertentu, maka terlahirlah sebagai manusia di alam dunia ini.
Begitu pula setelah ia berada di alam dunia, segala kebutuhan manusia juga bersifat materi, kita mendapatkan kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya juga dari materi. Maka terbentuklah suatu sikap pandangan yang materialistis, maka sering kia sebut pandangan hidup yang bersifat duniawi, sedangkan hal-hal yang bersifat unkhrawi dianggap sebagai khayalan belaka.
b. Aliran Serba Ruh
Aliran ini mempunyai pandangan bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah “Ruh”. Sedangkan zat itu merupakan manifestasi daripada ruh diatas dunia. Oleh karena ruh tidak menempati ruang, maka ruh didak dapat disentuh atau di lihat oleh panca indra manusia. Bagaimana bentuknya, apa warnanya, seperti apa baunya dan atau apakah ia memiliki suara atau tidak. Ia bersifat abstrak, namun ia ada.
Kata lain dari pada ruh ini adalah jiwa, sukma, nyawa, semangat dan lain sebagainya. Materi merupakan penjelmaan dari pada ruh. Seperti yag di ungkapkan oleh Fichte yang dikutip oleh zuhairini dalam buku Sidi Gazalba tentang Sistematika Filsafat III: 1973. Ficte mengatakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain dari ruh) yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis, perupaan, perubahan atau penjelmaan daripada ruh.
Arti dari pandangan ini menurut hemat penulis adalah ruh merupakan sampul yang melindungi seluruh yang tertutupi oleh sampul. Sehinngga keberadaan isinya terjaga dan terlindungi hingga sampul itu masih utuh. Tentu perumpamaan ini sangatlah sederhana untuk menyamakan keberadaan ruh dengan materi itu sendiri.
Masih di dalam bukunya zuhairini menjelaskankan bahwa ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari pada materi. Hal ini dapat dibuktikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Zuhairini memberikan sebuah contoh tentang hal itu. Ibarat sepasang laki-laki dan wanita yang saling mencinta, yang tidak mau berpisah dari antaranya. Pada suatu saat ruh dari salah satu di antara mereka sudah tidak adalagi berada pada badangnya, dengan kata lain ia telah meninggal, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus melepaskan dia untuk dikuburkan. Apa yang ia milki selama ini sperti, kecantikan, kejelitaan, kemolekan, kebahenolan atau kebagusannya tak akan ada artinya lagi. Karena ruh sudah tidak ada lagi di badannya.
Sehingga lairan ini mengugkapkan bahwa ruh adalah hakikat sedangkan badan adalah penjelmaan atau hanya bayangan saja.
c. Aliran Dualisme (Gabungan dari Aliran Serba Zat dengan Aliran Serba Ruh)
Sementara itu aliran dualism mencoba memadukan antara aliran serba zat dengan aliran serba ruh. Mereka menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu jasmaniah dan rohaniah dengan kata lain badan dan ruh. Keduanya masing-masing merupakan unsure asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh, dan ruh juga tidak berasal dari badan. Namun dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan ruh, yang keduanya berinteraksi membentuk yang disebut manusia. Dengan demikian dapat terliha bahwa antara keduanya memiliki hubungan yang bersifat klausal sebab akibat. Saling pengaruh dan mempengaruhi. Ketika terjadi sesuatu pada satu pihak akan mempengaruhi di pihak lain.
d. Aliran eksistensialisme
Oleh karena ketidak puasan manusia untuk mencari hakikat manusia, mereka terus mencoba memikirkan tentang hal tersebut, mana yang merupakan ekistensi atau wujud yang sesungguhnya dari manusia itu. Nah, mereka yang memikirkan tentang bagaimana eksistensi manusia atau wujud manusia yang sesungguhnya itu disebut eksistensialisme.
Mereka mencoba mencari inti hakikat manusia yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Mereka memandang manusia tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualism, akan tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.
Dari keempat aliran yang telah dibahas diatas seperti yang tercantum didalam buku Zuhairini tersebut, maka dapat penulis pahami bahwa pemikiran tentang apa, dari mana dan kemana manusia itu tidak akan pernah berakhir. Karena semakin berkembangnya pemikiran-pemikiran atau rasa ketidak puasan manusia untuk menemukan haikikat manuisa itu sendiri. Karena Pada kenyataannya manusia itu mempunya badan atau jasmani dan mempunyai roh, jiwa atau rohani. Yang tidak menutup kemungkinan akan memunculkan pandangan-pandangan baru tentang keduanya.
B. Fitrah dan Potensi Manusia dalam Pendidikan Islam
Di dalam buku Dra. zuhairini, dkk pada halaman 54 mengatakan bahwa Fitrah adalah tabiat atau watak yang dijadikan Allah yang cocok atau sesuai bagi manusia yang bersangkutan.
Disini beliau menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai watak, sifat dan tabiat, yang bersifat dualistis, kontras dan paradoksal dari segala budi yang baik dan buruk. Adalah kewajiban manusia untuk memelihara dan mengembangkan sesuatu yang baik dan benar, serta menekankan pada perbuatan-perbuatan yang salah dan buruk. Daya tahan dari perbuatan yang buruk dan daya dorong untuk berbuat baik. Daya tahan dan daya dorong inilah yang sering kita kenal dengan istilah “moral force”. Manusia dalam usaha mencegah budi buruk dan usaha mengerjakan budi baik selalu berada dalam jihad atau perjuangan besar yang terus menerus selama hidupnya. Oleh karena itu, sepulang rasulullah dari suatu perang hebat, di hadapan para bala tentara muslim, rasulullah memperingatkan: “Kita telah kembali dari jihad kecil dan akan menghadapi jihad yang besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu” (Al-Hadits)
Lebih lanjut Imam al-Ghazali dalam kitabnya “ Khuluqul Muslim” lebih menjelaskan bahwa masalah budi pekerti adalah yang terpenting dan harus ada turunan atau petunjuk yang terus menerus (kontiniu), nasihat, agar budi itu tetap dapat meresap di dalam hati. Sesungguhnya iman, ibadah dan budi pekerti menrupakan tri tunggal yang bertalian erat, yang tidak boleh terpisahkan”.
Sementara itu, Samsul nizar dalam bukunya “Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (sebuah pengantar)” mengatakan pengembangan potensi “Fitrah Manusia yang dibawa sejak lahir itu” harus dilakukan pembinaan dan pengembangan secara efektif melalui pendidikan. Agar manusia mampu membentuk kepribadiannya, mentransper kebudayaanya dari suatu komunitas kepada komunitas yang lain, mengetahui nilai baik dan buruk dan lain sebagainya.
Dari pandangan ini maka terlihat jelas bahwa manusia terlahir ke dunia ini dalam kondisi yang suci, tidak membawa kekotoran sedikitpun. Namun kesucian itu akan berubah ketika ia memulai kehidupannya di dunia ini. Yang disebabkan oleh lingkungan sekitar atau karena sebab-sebab lain. Seperti yang di gambarkan dalam hadist berikut ini.
“Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecendrungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi,Nasrani dan Majusi” (H.R.Muslim)
Jika kita perhatikan arti dari hadist tersebut maka kita dapat mengerti bahwa anak dilahirkan dengan potensinya sendiri-sendiri. Salah satunya adalah potensi untuk mempercayai Allah atau kita kenal dengan nama potensi beragama. Maka potensi itu harus dibimbing perkembangannya oleh kedua orangtuanya agar potensi itu tidak keluar dari harapan dan cita-cita mereka.
Pada dasarnya manusia yang terlahir itu membawa 2 potensi. Yaitu potensi berbuat baik dan potensi berbuat buruk. Tergantung potensi yang mana yang paling dominan dalam perkembagannya. Potensi itu merupakan potensi bawaan, dan akan mengalami perkembangan selama proses perkembangan dalam kehidupannya. Dengan kata lain, potensi itu bisa saja berobah oleh lingkungan sekitar mereka. Dari prilaku baik bisa saja berubah ke prilaku buruk dan sebaliknya dari prilaku buruk bisa saja berubah menjadi prilaku baik. Tergantung lingkungan yang akan membentuknya. Pengaruh tersebut bisa saja dari lingkungan pendidikan, Lingkungan keluarga, lingkunagan bermain da bahkan dari alam sekitar.
Penulis memahami apa yang di sampaikan Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif seperti yang disampaikannya dalam kata pengantarnya pada salah satu buku yang berjudul Pendidikan Dalam Perspektif Alquran oleh Yunahar Ilyas dkk. Beliau mengatakan bahwa mausia harus ditempatkan pada posisi yang wajar, tidak diposisikan tanpa daya dan tidak pula pada posisi yang congkak, namun harus dibarengi dengan orientasi spriritual.
Ketika kita membicarakan soal pendidikan, ini merupakan pembicaraan yag taka akan pernah tuntas, karena ia nenyangkut persoalan manusia dalam rangka member makna dan arah moral kepada eksistensi fitrahnya manusia. Berbagai pemikiran dikembangkan para pakar tentang hakikat, makna dan tujuan pendidikan. Warna dari pada pemikiran itu sudah barang tentu amat dipengaruhi oleh pandangan hidup dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh para pakar itu sendiri. Akan tetapi dengan segala perbedaan pandangan yang mereka kemukakan, dalam suatu hal mereka sama-sama setuju bahwa pendidikan bertujuan untuk member bekal moral, intelektual, dan keterampilan kepada anak manusia agar mereka siap menghadapi masa depannya dengan penuh percaya diri.
Namun demikian, dalam hal pengaruh dan mempengaruhi masalah perubahan bentuk prilaku atau potensi yang dibawa manusia sejak lahir tadi, menimbulkan berbagai pemahaman/aliran. Seperti yang terdapat didalam buku Sasmi Nelwati. 2006. Tentang Dasar-Dasar Pendidikan. Ada empat aliran yang terkenal tentang potensi yang dibawa sejak lahir. Yaitu:
a. Aliran Empirisme
Aliran ini dikenal juga dengan aliran “Tabularasa” yang artinya seseorang yang dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulis, maka pendidikanlah yang akan menliskannya. Mereka yang menganut aliran ini menganggap bahwa perkembangan seseorang tergantung seratus persen terhadap ingkungan atau kepada pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya, artinya manusia dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam dianggap tidak ada artinya dalam kehidupan. Manusia yang sombong, egoist, pelit atau pelawan bukanlah karena pembawaannya, akan tetapi karena pengaruh dari lingkungan sekitar. Oleh sebab itu aliran ini juga dekenal dengan sebutan aliran optimistis.
Menurut aliran ini, lingkungan yang mempengaruhi tersebut adalah menyangkut lima aspek. Yaitu geografis, historis, sosiologis, cultural dan psikologis. Yang dimaksudngan lingkungan geografis disini adalah lingkungan yang ditentukan oleh letak wilayah. Sedangkan lingkunga historis adalah lingkungan yang ditentukan oleh cirri suatu massa atau era dengan segala perkembangan peradabannya. Dan lingkungan sosiologis adalah lingkungan yang ditentukan oleh hubungan antar individu dalam suatu komunitas social. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan kultura; adalah lingkungan yang ditentukan kultur atau budaya masyarakat.dan yang dimaksud dengan lingkungan psikologis adalah lingkungan yang ditentukan oleh kondisi kejiwaan.
b. Aliran Nativisme
Aliran ini berpandangan bahwa seseorang yang dilahirkan akan berkembang berdasarkan apa yang dibawanya sejak lahir. Akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaanya dari lahir. Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang buruk. Pendidikan tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap perkembagan seseorang. Mendidik diartikan membiarkan anak tumbuh berdasarkan pembawaannya. Yang berkaitan dengan hasil akhir pendidikan dan perkembangannya ditentukan oleh pembawaan yang dibawanya sejak lahir. Sehingga pembawaan sagatlah menentukan dalam pendidikan.
Berbicara masalah pembawaan, Mansur ali rajab seperti yang dikutip oleh sasmi Nelwati dalam bukunya Dasar-Dasar pendidikan mengatakan bahwa pembawaan yang diwariskan orang tua kepada anaknya ada lima. Yaitu:
a. Pewarisan yang bersifat jasmanisah, seperti warna kulit bentuk tubuh dan lain sebagainya.
b. Pewarisan yang bersifat intelektual, seperti kecerdasan atau kebodohan.
c. Pewarisan yang bersifat tingkah laku, seperti baik atau tidak baik.
d. Pewarisan yang bersifat alamiah atau internal.
e. Pewarisan yang bersifat sosiologis atau eksternal.
Dari uraian tentang aliran nativisme maka dapat penulis pahami bahwa perkembangan manusia dalam kehidupan bermasyarakat tergantung pembawaannya, sehingga pengaruh dunia luar sangatlah sedikit sekali. Sehingga boleh dikatakan tidak dapat member dampak apa-apa terhadap pendidikan dan perkembangan manusia.
c. Aliran Naturalisme
Aliran yang dipelopori olej J.J Rousseau ini meragukan tentang pembawaan. Dia justru mengatakan dalam mendidik seseorang dikembalikan pada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Diapun lebih lanjut mengatakan semua adalah baik pada waktu baru dating dari tangan sang pencipta, aka tetapi semua akan jadi buruk setiba di tangan manusia. Artinya semua anak yang terlahir itu adalah baik dan tak seorangpun yang terlahir dalam pembawaan yang buruk, namun dia akan rusak oleh tangan manusia. Ini boleh juga penulis katakana bahwa pendidikan dapat merusak pembawaan anak yang baik waktu dilahirkan, dan pendidikan hanya membiarkan pertumbuhan anak didiknya dengan sendirinya semuanya diserahka pada alam.
d. Aliran Konvergensi
Namun dari beberapa aliran diatas disimpulkan oleh William Stren dengan teorinya Konvergensi atau pertemuan pada satu titik. Maksudnya adalah ia memaudak antara aliran empiris dengan nativisme. Baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunya peranan penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu itu dipengaruhi oleh factor yang dibawannya sejak lahir dan factor lingkungan. Artinya factor pembawaan tidak menentukan secara mutlak dan bukan satu-satunya yang menentukan pribadi dan struktur kejiwaan seseorang, akan tetapi juga akan dipengaruhi oleh factor lingkungan.
Teori ini menurut hemat penulis akan memiliki pandangan yang sama denga perspektif kita (Islam), manusia mempunyai seperangkat potensi dan karakters yang unik. Islam memberikan gambaran bahwa yang menentukan kepribadian atau kepintaran seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor seperti, lingkungan, potensi bawaan, keturunan dan bahkan taqdirnya Allah. Dan hal tersebut dapat kita jumpai dalam keterangan tuhan melalui firmannya, seperti “ hendaklah ada diantara kamu yang mengajak orang lain melakukan amar ma’ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar” (Ali-Imran:104) serta penjelasan nabi melalui hadistnya seperti, “ Tuntutlah ilmu itu hingga ke negeri China” dan masih banyak lagi landasan-landasan yang akan membenarkan konsep tesebut.
“ sesungguhnya di dalam tubuh (jasad) seseorang terdapat segumpal daging; apabila daging tadi baik, maka baiklah semua tubuh (dan tingkah laku), dan apabila daging tadak baik, maka semua tubuh (tingkah laku) akan menjadi tidak baik; daging itulah yang disebut hati (qalb) (Al-Hadits)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah menciptakan manusia kepermukaan bumi ini bertujuan untuk tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangannya, serta untuk mengelola (menjadi Khalifah) dan memanfaatkan kekayaan yang terdapat diantara langit dan bumi agar dapat hidup bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
Selaku hamba dan khalifah manusia telah diberi kelengkapan jasmani dan rohani yang dapat ditumbuhkembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupan di dunia ini.
Untuk meumbuh dan mengembangkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah tersebut, pendidikan merupakan saran yang menentukan sampai dimana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dicapai.
Namun, proses pengembangan kemampuan manusia melalui pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak dan bakat seseorang untuk menjadi baik menurut kehendak sang penciptanya, mengingat Allah sendiri telah menggariskan bahwa di dalam diri manusia terdapat kecendrungan dua arah, yaitu kearah perbuatan fasik (menyimpang dari peraturan) dan kearah ketaqwaan (menaati peraturan/perintah). Seperti firman Allah di dalam QS. Asy-Syam: 7-10 yang artinya:
“dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)Nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya beruntunglah orang-orang yag mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya”
Dengan demikian, manusia diberi kemungkinan untuk mendidik diri dan orang lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai kehendak Allah melalui berbagai metode ikhtiar. Di sini tercermin bahwa manusia memiliki kemauan bebas untuk menentukan dirinya sendiri. Ia tak akan mendapatkan sesuatu kecuali menurut usahanya.
“bahwa seseorang tidaklah akan memperoleh selain apa yang di usahakannya. danbahwasannya hasil usahanya itu akan diperlihatkan kepadanya” (QS. An Najam: 39-40)
Walaupun demikian perbedaan pandangan para pemikir dalam menafsirkan potensi yang dibawa oleh manusia sejak lahir merupakan wujud dari ketidak puasan manusia dalam mencari dan menggali tentang hakikat manusia itu yang sebenarnya. Sehingga muncul beberapa aliran seperti yang telah penulis jabarkan di atas.
B. Saran dan Harapan
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan artikel ini, masih jauh dari harapan pembaca atas kesempurnaannya, yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu yag penulis miliki. Oleh sebab itu penulis menerima setiap masukan, saran dan bahkan kritikan yang bersifat membangun, guna penyempurnaan dalam penulisan artikel berikutnya. Akhirnya penulis haturan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Bapak M. Zalnur, M.Ag yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan mata kuliah Filsafat pendidikan ini. Segenap perbuatan baik setiap orang akan dibalas dengan kebaikan pula oleh Allah SWT.
Dan ucapan terimakasih pula penulis ucapkan kepada orang yang sangat penulis cintai dan penulis sayangi yang telah memberikan support dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, mengingatkan penulis jika terlupa, membangunkan penulis jika tertidur, dan mau menjemput penulis jika tertinggal. Dengan linangan air mata penulis lukiskan, betapa hati ini hanya tercurah buat si dia.
Dan kepada Allah Penulis Haturkan “Alhamdulillah Hirabbil’alamin” semoga penulis tetap menjadi manusia yang selalu mengabdi kepada_Nya. Amin.
REFERENCE
Zuhairini, 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi aksara. Jakarta
Nizar, Samsul. 2000. Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Sebuah Pengantar). IAIN Imam Bonjol. Padang
Ilyas, Yunahar dan Muhammad Azhar. 1999. Pendidikan Dalam Perspektif
Al-Qur’an. Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI). Yogyakarta
Arifin,Muzayyin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda merasa punya tanggapan tentang tulisan ini, silakan komentar yang bersifat membangun..!!